Menggegas Peningkatan "Literacy Skills" Siswa Melalui Penggunaan Modifikasi Diagram Ishikawa Fishbone dalam Pembelajaran oleh Cecep Gaos, S.Pd.
Friday, January 11, 2019
7 Comments
Diagram Ishikawa Fishbone (Dok. Pribadi) |
MASALAH
Akhir-akhir
ini literasi menjadi kata yang sering kita dengar dan temukan di setiap denyut
nadi kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa ini seolah baru terkejutkan dan
tersadarkan dari tidur pulasnya tentang betapa literasi ini sangat penting
sebagai pijakan dasar dari berbagai ilmu pengetahuan. Padahal perintah untuk menguasai literasi ini
sudah Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui ayat Alquran yang
pertama, yaitu Iqra.
Data
Progress in International Reading
Literacy Study (PIRLS) dan Programme
for International Student Assessment (PISA) yang dirilis beberapa kali
belakangan ini menunjukkan betapa rendahnya minat dan kemampuan literasi bangsa
Indonesia, terutama dalam kemampuan membaca siswa. Laporan-laporan tersebut
selalu menempatkan bangsa Indonesia di bawah bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam
menyikapi laporan-laporan PIRLS dan PISA yang sangat memperihatinkan tersebut,
pemerintah melalui Kemendikbud mengeluarkan Permendikbud RI Nomor 23 tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Di dalam Permendikbud tersebut disebutkan
bahwa salah satu kegiatan penumbuhan budi pekerti di sekolah adalah melalui pembiasaan mengembangkan
potensi diri peserta didik secara utuh yang salah satunya melalui kegiatan membaca
buku selain buku mata pelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran.
Untuk
menerjemahkan dan memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti yang tercantum
dalam Permendikbud RI Nomor 23 tahun 2015, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
menerbitkan Buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (DIGLS). Di dalam buku
DIGLS tersebut dipaparkan tentang Konsep Dasar Literasi dan Pelaksanaan
Literasi di Sekolah.
Kemudian,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan aksi nyata untuk menerjemahkan program
GLS ini secara praktis, terencana dan terukur melalui Dinas Pendidikan dengan
mengeluarkan program West Java Leader’s
Reading Challenge, atau yang disingkat dengan WJLRC.
WJLRC
merupakan tantangan membaca yang ditujukan bagi para guru dan siswa di sekolah
dari para pemimpin di Jawa Barat. Pada tahun 2016 ini, yang menjadi
penantangnya adalah Gubernur Jawa Barat dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat yang bekerja sama dengan South
Australia Department for Education and Children Development.
Pada
tahap awal penerapannya, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat memilih 600 SD
dan 700 SMP dari kabupaten/kota se-Jawa Barat sebagai komunitas sekolah
perintis literasi untuk mengikuti tantangan WJLRC ini.
SD Puri
Artha Karawang terpilih menjadi salah satu sekolah perintis komunitas literasi
jenjang SD ini. Kemudian penulis dan Kepala Sekolah mengikuti Workshop
GLS-WJLRC yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
pada tanggal 18 s.d. 20 Agustus 2016.
Program
WJLRC ini masih dilaksanakan secara bertahap dan terbatas, baik jumlah sekolah
maupun jumlah siswa setiap sekolah yang mengikuti proram ini. Jumlah maksimal
siswa yang boleh mengikuti program ini adalah 40 orang. Kemudian SD Puri Artha
memutuskan memilih 20 orang siswa perintis dari kelas IV dan V untuk mengikuti
tantangan WJLRC ini. 20 orang siswa tersebut dibagi ke dalam empat kelompok.
Sehingga masing-masing kelompok terdiri atas lima orang siswa. Untuk membimbing
dan mendampingi keempat kelompok tersebut, empat guru perintis telah disiapkan.
Dengan demikian, di kelas yang penulis pegang, hanya ada 5 orang yang dipilih
mengikuti program ini.
Kemudian,
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat, kegiatan WJLRC dimulai secara resmi pada tanggal 1 September 2016.
Program
WJLRC masuk pada tahapan ke-2 pelaksanaan GLS, yaitu Pengembangan, yang
diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara itu, tahapan
pelaksanaan GLS meliputi 3 tahapan, yaitu Tahap 1 Pembiasaan, Tahap 2
Pengembangan, dan Tahap 3 Pembelajaran.
Dalam
perjalanannya, penulis mempunyai pemikiran untuk mengakselerasi keberhasilan
program ini dengan cara menerapkan salah satu kegiatan WJLRC ke dalam tahap
terakhir pelaksanaan GLS, yaitu Pembelajaran. Penulis ingin menggegas peningkatan
minat dan keterampilan literasi siswa melalui penggunaan modifikasi diagram Ishikawa Fishbone dalam pembelajran.
PEMBAHASAN DAN SOLUSI
Menurut
pandangan umum selama ini, literasi dimaknai sebagai aktivitas membaca dan
menulis. Pengertian literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis,
dan/atau berbicara. Sementara itu, Deklarasi
Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana
seseorang berkomukasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan
hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO,
2003 dalam Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, 2016).
Oleh
karena itu, penumbuhan literasi semenjak dini sangat penting dan harus
diupayakan semaksimal mungkin sebagai landasan dari berbagai penguasaan berbagai
ilmu pengetahuan lainnya.
Sebagaimana
telah disampaikan pada bagian perumusan masalah di atas, bahwa ada beberapa
laporan tentang keterampilan literasi bangsa Indonesia yang begitu
memperihatinkan. Misalnya dalam hal literasi membaca yang mengukur aspek
memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan,
laporan Progress in International Reading
Literacy Study (PIRLS) tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari
48 negara peserta. Dengan skor 428 dari skor rata-rata 500 (IEA, 2012 dalam
Panduan GLS di SD, 2016).
Sementara
itu, dalam Programme for International
Student Assessment (PISA) tahun 2009 peserta didik Indonesia berada pada
peringkat ke-57 dari 65 negara dengan skor 396 dari rata-rata skor 493.
Sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat
ke-64 dari 65 negara dengan skor 396 dari rata-rata skor 496 (OECD, 2013 dalam
Panduan GLS di SD, 2016).
Data
PIRLS dan PISA tersebut di atas menunjukkan bahwa kemampuan literasi bangsa
Indonesia, terutama dalam hal keterampilan memahami bacaan masih sangat rendah.
Oleh
karena itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menggulirkan program Gerakan Literasi Sekolah atau yang disingkat dengan GLS.
Di
dalam menerjemahkan program GLS dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini
ke dalam tataran yang lebih praktis dan terukur, berbagai daerah sedang dan
telah melakukan terobosan-terobosan untuk mempercepat terciptanya budaya
literasi di kalangan masyarakat, terutama di kalangan dunia pendidikan.
Demikian
juga Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mempunyai program kegiatan
peningkatan budaya literasi, yaitu West
Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC). WJLRC merupakan upaya menumbuhkan
minat baca dan tulis melalui tantangan membaca buku minimal 24 buah dalam waktu
10 bulan. Wujud kegiatan WJLRC adalah terbentuknya yang melakukan aktivitas
membaca (buku non pelajaran), menulis (membuat reviu), dan dialog secara
terprogram di luar jam pelajaran (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat: 2016).
Program
WJLRC masuk pada tahapan ke-2 pelaksanaan GLS, yaitu Pengembangan, yang
diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagaimana disebutkan
di dalam Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ada tiga tahapan pelaksanaan GLS, yaitu Tahap 1 Pembiasaan, Tahap 2
Pengembangan, dan Tahap 3 Pembelajaran (Dinas Pendidikan Jawa Barat, 2016:27).
SD
Puri Artha telah dipilih 20 orang siswa perintis literasi untuk mengikuti
tantangan WJLRC. 20 orang siswa tersebut diambil dari kelas IVA, IVB, VA, dan
VB, sehingga perkelas diambil 5 orang siswa perintis literasi. Di kelas yang
penulis pegang ada 5 orang siswa yang menjadi perintis literasi.
Di
dalam aktivitas mereviu ada empat bentuk reviu dalam kegiatan WJLRC, yaitu
diagram Ishikawa Fishbone, Paragraf
AIH, Y Chart, dan Infografis.
Pada
tiga bulan pertama (September s.d. November 2016), anak-anak perintis melakukan
reviu dengan menggunakan diagram Ishikawa
Fishbone.
Diagram Ishikawa Fishbone adalah diagram yang
menunjukkan dari sebuah even yang spesifik. Diagram ini pertama kali
diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1968. Pada mulanya dipakai untuk
mencegah defek serta mengembangkan kualitas produk. Diagram ini dapat membantu
mengidentifikasi factor-faktor yang signifikan memberi efek terhadap sebuah
even (Wikipedia).
Di
dalam kegiatan WJLRC digunakan diagram Ishikawa
Fishbone yang telah dimodifikasi bentuk dan bagian-bagiannya. Adapun gambar
diagram Ishikawa Fishbone yang
dimodifikasi ini adalah sebagai berikut.
Diagram Ishikawa Fishbone (Dok. Pribadi) |
Modifikasi
diagram Ishikawa Fishbone ini
digunakan sebagai media untuk mereviu buku yang telah dibaca anak-anak perintis
literasi di Jawa Barat.
Berdasarkan
observasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap 20 orang siswa perintis ini,
ditemukan bahwa diagram Ishikawa Fishbone
cukup menarik dan efektif untuk meningkatkan minat dan kemampuan baca tulis
siswa. Hal ini bisa dilihat dari dokumen-dokumen yang merekam segala kegiatan
mereka dalam mengikuti tantangan WJLRC ini.
Oleh
karena itu, penulis telah mencoba menerapkan penggunaan diagram Ishikawa Fishbone ini pada seluruh siswa
kelas VB yang penulis pegang. Di kelas VB terdapat 34 orang yang terdiri dari
14 orang siswa dan 20 orang siswi.
Penerapan
diagram Ishikawa Fishbone ini
dilakukan pada pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia pada hari Kamis, 13
Oktober 2016 dengan materi mengidentifikasi unsur cerita. Adapun cerita yang
dipakai dalam pembelajaran ini berjudul Kabayan Penegak Kejujuran karya penulis
sendiri.
Proses
pembelajaran berjalan menggunakan kurikulum 2006. Hal ini dikarenakan pada kelas
VB SD Puri Artha masih berlaku Kurikulum
2006. Pada kegiatan inti pembelajaran anak-anak membaca teks yang sudah
disediakan. Kemudian mereka diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
tersedia berdasarkan teks. Setelah itu Mereka mengisi diagram Ishikawa Fishbone untuk mengidentifikasi
judul/tema, alur, latar, tokoh dan amanat dari teks tersebut.
Dari
kegiatan-kegiatan pembelajaran tersebut didapat data nilai sebagai berikut.
Table
1
No
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
|
Essay
|
Diagram Ishikawa Fishbone
|
||
1
|
AYS
|
90
|
94
|
2
|
AK
|
100
|
100
|
3
|
ANTK
|
90
|
88
|
4
|
AT
|
100
|
81
|
5
|
ARP
|
100
|
94
|
6
|
ANA
|
50
|
81
|
7
|
ADD
|
90
|
100
|
8
|
ASL
|
100
|
100
|
9
|
APR
|
90
|
88
|
10
|
AMP
|
100
|
94
|
11
|
DGR
|
90
|
81
|
12
|
DTR
|
90
|
88
|
13
|
ERR
|
80
|
75
|
14
|
ESP
|
100
|
88
|
15
|
FAS
|
100
|
88
|
16
|
FTA
|
100
|
88
|
17
|
JCAS
|
70
|
88
|
18
|
MAZP
|
100
|
81
|
19
|
MBD
|
90
|
94
|
20
|
MAV
|
100
|
94
|
21
|
MDJ
|
90
|
88
|
22
|
MYBR
|
90
|
88
|
23
|
MHRE
|
100
|
100
|
24
|
MINR
|
80
|
88
|
25
|
NKA
|
80
|
94
|
26
|
NDD
|
100
|
94
|
27
|
NRR
|
90
|
94
|
28
|
NSH
|
80
|
88
|
29
|
PDGU
|
70
|
94
|
30
|
PZY
|
90
|
88
|
31
|
RSP
|
90
|
88
|
32
|
SSR
|
100
|
88
|
33
|
WKR
|
90
|
94
|
34
|
ZVA
|
70
|
94
|
RATA-RATA
|
90
|
90
|
Berdasarkan
tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang didapatkan oleh siswa
yaitu 90 untuk nilai essay dan 90
untuk nilai diagram Ishikawa Fishbone.
Hal ini jauh lebih tinggi dari KKM bahasa Indonesia yang telah ditentukan,
yaitu 79.
Selain
kegiatan di atas, penulis juga meminta anak-anak mengisi angket motivasi dan
minat siswa terhadap penerapan diagram Ishikawa
Fishbone. Hasil dari angket tersebut, penulis sajikan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel
2
No
|
Pernyataan
|
Sangat Setuju
|
Setuju
|
Kurang Setuju
|
Tidak Setuju
|
Jumlah
|
1
|
Saya merasa puas dengan penerapan diagram Ishikawa Fishbone dalam pembelajaran
|
18 orang
|
16 orang
|
0
|
0
|
34 orang
|
2
|
Pembelajaran dengan menggunakan
diagram Ishikawa Fishbone dalam
memahami sebuah cerita sangat menarik
|
20 orang
|
14 orang
|
0
|
0
|
34 orang
|
3
|
Diagram Ishikawa Fishbone mempermudah saya untuk memahami unsur-unsur
cerita
|
24 orang
|
10 orang
|
0
|
0
|
34 orang
|
4
|
Diagram Ishikawa Fishbone dapat memotivasi saya untuk gemar membaca.
|
25 orang
|
8 orang
|
1 orang
|
0
|
34 orang
|
5
|
Diagram Ishikawa Fishbone dapat memotivasi saya untuk gemar menulis.
|
16 orang
|
15 orang
|
3 orang
|
0
|
34 orang
|
6
|
Diagram Ishikawa Fishbone membuat saya lebih semangat untuk belajar.
|
22 orang
|
12 orang
|
0
|
0
|
34 orang
|
Berdasarkan
Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 18 orang siswa (52,9%) menyatakan
sangat setuju dan 16 orang siswa (47,1%) menyatakan setuju bahwa mereka merasa
puas dengan penerapan diagram Ishikawa
Fishbone dalam pembelajaran. Sementara itu, tidak ada satu orang pun yang menyatakan
kurang setuju dan tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Sebanyak
20 orang siswa (58,8%) menyatakan sangat setuju dan 14 orang siswa (41,2%) menyatakan
setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan diagram Ishikawa Fishbone dalam memahami sebuah cerita sangat menarik.
Tidak ada satu orang pun yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
Sebanyak
24 orang siswa (70,6%) menyatakan sangat setuju dan 10 orang siswa (29,4%) menyatakan
setuju bahwa Diagram Ishikawa Fishbone
mempermudah saya untuk memahami unsur-unsur cerita. Tidak ada satu orang pun
yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Sebanyak
25 orang siswa (73,5%) menyatakan sangat setuju dan 8 orang siswa (23,5%)
menyatakan setuju bahwa Diagram Ishikawa
Fishbone dapat memotivasi saya untuk gemar membaca. Sementara itu, hanya
satu orang (3 %) yang menyatakan kurang setuju dan tidak ada satu orang pun tidak
setuju dengan pernyataan tersebut.
Sebanyak
16 orang siswa (47,1%) menyatakan sangat setuju dan 15 orang siswa (44,1%)
menyatakan setuju bahwa Diagram
Ishikawa Fishbone dapat memotivasi
saya untuk gemar menulis. Sementara itu, hanya tiga
orang (8,8 %) yang menyatakan kurang setuju dan tidak ada satu orang pun tidak
setuju dengan pernyataan tersebut.
Sebanyak
22 orang siswa (64,7%) menyatakan sangat setuju dan 12 orang siswa (35,3%) menyatakan
setuju bahwa diagram Ishikawa Fishbone membuat saya lebih
semangat untuk belajar. Sementara itu, tidak ada
satu orang pun yang kurang setuju dan tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Berdasarkan
data-data tersebut, para siswa mempunyai motivasi dan minat yang sangat tinggi
terhadap penggunaan modifikasi diagram Ishikawa
Fishbone dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi tentang
mengidentifikasi unsur cerita. Hal ini berimplikasi terhadap peningkatan minat
dan motivasi dalam membaca dan kemampuan menulis serta belajar siswa.
KESIMPULAN DAN HARAPAN
Berdasarkan
pembahasan dan solusi di atas, kiranya dapat ditarik beberapa kesimpulan
penting sebagai berikut:
1. Penguasaan
dan peningkatan literasi sangat penting dalam menguasai berbagai ilmu
pengetahuan.
2. Penerapan
diagram Ishikawa Fishbone dalam
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi mengidentifikasi unsur cerita.
3. Penerapan
diagram Ishikawa Fishbone dalam
pembelajaran dapat meningkatkan minat baca siswa.
4. Penerapan
diagram Ishikawa Fishbone dalam
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.
5. Penerapan
diagram Ishikawa Fishbone dalam
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Akhirnya,
penulis berharap penerapan diagram Ishikawa
Fishbone dalam pembelajaran dapat menjadi alternatif dalam upaya
mempercepat penumbuhan minat baca dan peningkatan kemampuan menulis siswa. Selain itu, penulis berharap diagram Ishikawa Fishbone dapat berkontribusi
dalam meningkatkan kemampuan dan budaya literasi bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2016).
Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah.
Bandung: Provinsi Jawa Barat
Dirjen Dikdasmen. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dirjen Dikdasmen. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2015). Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 Tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. Jakarta: Sekretariat Negara
Wikipedia. Diagram Ishikawa. Online.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Diagram_Ishikawa
Untuk mengunduh file karya tulis ini, silakan klik DISINI.
Selamat...Pak Cecep Gaos, Tulisannya sangat menginspirasi bagi kita. Keren dan Mantap
ReplyDeleteTerima kasih Bu Sri 🙏🙏
DeleteSemoga bermanfaat...
Inspiratif
ReplyDeleteTerima kasih. Semoga bermanfaat...
DeletePacepga, selalu menginspirasi. Hoyong menerapkan di sakola abdi, mung ...
ReplyDeleteHatur nuhun...
DeleteHayu bu cobi terapkeun. Cobi Ka berbagai mapel sareng materi...
Sami-sami...
ReplyDelete