Mengembangkan Student’s Leadership Melalui Budaya Sekolah
Saturday, January 12, 2019
5 Comments
Mengembangkan Student’s Leadership
Melalui Budaya Sekolah
Oleh: Cecep Gaos, S.Pd
"Kullukum
roo’in wakullukum mas’ulun ‘an ro’iyyatihi” yang artinya “Setiap
kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu (pemimpin) akan dimintakan pertanggungjawaban
atas apa yang dipimpinnya” (Al hadis).
Hadis di atas menegaskan bahwa setiap individu adalah pemimpin. Pemimpin
tidak hanya melekat pada seseorang yang memiliki jabatan, kedudukan, ataupun posisi
yang lebih tinggi dari orang lain. Akan tetapi setiap individu manusia adalah
pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri. Dengan demikian, label
pemimpin pun melekat pada siswa sebagai seorang individu.
Stephen R. Covey (2008), seorang pakar kepemimpinan, berasumsi bahwa
setiap anak atau siswa memiliki potensi besar yang unik, bakat yang harus
dikeluarkan, dan kualitas kepemimpinan sejati. Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka
melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Sedangkan menurut pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang
sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai
anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan
keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu
disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan
dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Sementara
itu, menurut pendekatan psikologis, siswa adalah suatu organisme yang
sedang tumbuh dan berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi manusiawi,
seperti: bakat, minat, kebutuhan, sosial, emosional, personal, dan kemampuan
jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh
menjadi manusia seutuhnya.
Setiap siswa mempunyai kekuatan untuk menjadi seorang pemimpin. Student’s leadership (kepemimpinan
siswa) bisa dikembangkan melalui budaya sekolah. Budaya sekolah
adalah tradisi, nilai, norma dan kebijakan yang menjadi acuan dan keyakinan
suatu sekolah yang dikembangkan dan digunakan bersama melalui kepemimpinan
kepala sekolah (Fisher, D, 2012). Menurut
Akhmad Sudrajat (2010) budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung
oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur
dan komponen sekolah termasuk stakeholders
pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau
kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.
Budaya sekolah dibangun atas dasar
sistem-sistem nilai yang dianut oleh semua warga sekolah yang menjadi ciri
khas. Oleh karenanya, dalam merancang cetak biru kepemimpinan diperlukan
kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya sekolah yang pada akhirnya menjelma
menjadi sebuah model. Kebiasaan-kebiasaan baik yang mampu mengembangkan jiwa
kepemimpinan siswa sangat diperlukan. Berkaca pada budaya sekolah yang
dikembangkan oleh Sekolah Dasar A.B. Combs North Carolina Amerika Serikat,
sebagaimana dikemukakan oleh Covey (2008: 56-57) melalui model The Leader in Me, kebiasaan-kebiasaan
yang dikembangkan mampu membantu siswa dalam menemukan kekuatannya sendiri
untuk menjadi seorang pemimpin sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.
Kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan
dikenal dengan istilah The 7 Habits of
Highly Effective People (Tujuh Kebiasaan Orang yang Sangat Efektif). Tiga
kebiasaan pertama adalah Be Proactive
atau Jadilah Proaktif, Begin with the End
in Mind atau Mulai dengan Tujuan Akhir, dan Put First Things First atau Dahulukan yang Utama. Tiga kebiasaan
pertama tersebut merupakan kombinasi yang dapat membantu siswa menjadi lebih
mandiri. Ketiganya mencakup keterampilan manajemen waktu, keterampilan
merencanakan, keterampilan menetapkan tujuan, atau kepemimpinan diri.
Kebiasaan ketiga berikutnya adalah Think Win-Win atau Berpikir Menang-Menang,
Seek First to Understand, Then to be
Understood atau Berusaha Memahami Dulu, Kemudian Berusaha Dipahami, dan Synergize atau Wujudkan Sinergi. Ketiga
kebiasaan ini mencakup wawasan mengenai cara berkomunikasi secara efektif dan
cara menyeimbangkan keberanian dengan pertimbangan, serta cara memecahkan
masalah bersama-sama.
Kebiasaan yang terakhir yaitu Sharpen the Saw atau Mengasah Gergaji.
Kebiasaan ini meliputi semua kebiasaan lain dengan merangkul prinsip pembaruan.
Ini adalah kebiasaan yang menjaga kebugaran guna menghadapi dunia masa kini di
empat wilayah penting: fisik, sosial-emosional, mental, dan spiritual.Tujuan
kebiasaan tersebut disusun berdasarkan urutan yang logis menjadi model
progresif yang berurut.
Jiwa kepemimpinan
sangatlah perlu ditanamkan dan dikembangkan sejak dini pada siswa. Peranan
sekolah sangat vital dalam mengembangkan kepemimpinan siswa. Kepemimpinan siswa
bisa dikembangkan melalui kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan dalam budaya
sekolah yang mampu menggali potensi dan bakat kepemimpinan dalam diri setiap
individu siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Covey,
Stephen R. 2008. The Leader in Me.
Jakarta: Kompas Gramedia
Sudrajat,
Akhmad. 2010. Pengembangan Budaya Sekolah.
Republik
Indonesia. 2003. Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara
Artikel ini telah ditayangkan di Kompasiana
Pacepga mah sdh literat, agamis pula. Baarakallaag
ReplyDeleteAamiin yaa Robb...
DeleteTerima kasih 🙏🙏
Pak Cecep Gaos, tulisannya sangat menginspiratif kita, Keren dan Hebringlah.🙏👍👍👍👍👍
ReplyDeleteTerima kasih Bu Sry. Semoga bermanfaat....
DeleteAppreciate your blog postt
ReplyDelete